Sabtu, 24 November 2012

FF/2MinKey/Genderswitch/Mianhae, Jeongmal Saranghae!(2)/3S

Tittle: Mianhae, Jeongmal Saranghae!
Cast: 2MinKey, All member SHINee
Genre: Romance, Angst
Rating: PG-15


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Taemin POV

Apa aku sedang bermimpi? Pemenang lomba dance ini adalah Lee Taemin? Itu khan namaku. Aku menaaaaang~~!!
Untuk pertama kalinya aku mendapat juara, tak sia-sia usahaku selama ini. Aku harus memberi tahu Kibum, dia pasti senang mendengarnya. Sahabat yang selalu menyemangatiku, aku sangat menyayangimu chingu.

Aku berlari menuju tempat di mana Kibum sedang mengikuti lomba memasaknya, aku rasa keberuntungan juga berada di pihaknya.

Ketika aku sampai di tujuan, aku melihat Minho dan Kibum berciuman. Apa mataku sudah mulai bermasalah? Itu Minho kah? Jadi dia lebih memilih melihat lombanya Kibum dibanding melihatku menari dalam lombaku? Kenapa harus Kibum? Kenapa bukan yeoja lain yang mendapatkan hatimu, Minho?

Tak terasa air mata ini telah membuat sungai kecil di pipiku. Piala yang aku pegang pun jatuh dan patah. Dunia seakan-akan runtuh di atas kepalaku. Langit malampun tiba-tiba memuncratkan air matanya, sepertinya dia ingin menemaniku menangis dalam gelap malam nan dingin.

Dadaku sesak, bahkan lebih sesak dari yang biasa aku rasakan. Seakan-akan jantungku ini mulai berhenti berdetak. Tuhan! Apa kau masih belum puas menyiksaku?

Plukk
"Noona, waegurae?" Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundakku, membuatku kaget dan menoleh ke arahnya.
"Taemin?" tanyanya.

Aku langsung memeluknya dan menangis, hingga aku merasa jantungku menjadi sangat lemah kemudian aku tak sadarkan diri lagi.

POV end

#~#

Author POV

@Hospital

Sepasang orangtua datang dan menuju ke ruang UGD dengan berlari-lari. Sesampainya di sana, tepat juga seorang namja berseragam putih keluar dari ruangan tersebut.

"Appa. Omma." panggil namja berseragam putih.

"Jinki, bagaimana keadaan Taemin?"

"Taemin kritis. Sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruang ICU." jawab namja yang bernama Jinki.

"Ya Tuhan!" tubuh Mrs. Lee tiba-tiba oleng dan hampir kehilangan keseimbangan, hingga Mr. Lee dengan sigap menopang tubuhnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya padanya?" tanya Mr. Lee.

"Mollasseo appa. Tadi aku melihatnya di depan gedung tempat Ryui *Pinjam nama yach saeng, ceritanya khan saeng ama Jinki oppa pacaran tuch.. Kekek..* menjadi juri memasak." Jinki berpikir sejenak, "Sepertinya dia habis merasa terlalu senang atau terlalu sedih, omma, appa." lanjutnya.

"Apa jantungnya sudah kembali normal? Apa dia akan baik-baik saja?" cerocos Mr. Lee pada jinki.

"Jantungnya sudah kembali stabil tapi-"

"Tapi apa, nak?" tanya Mrs. Lee dengan suara serak.

"Mungkin dia tidak bisa bertahan lama. Jantung sudah sangat lemah, dan satu-satunya cara adalah transplantasi jantung. Tapi sampai sekarang aku dan dokter lainnyapun belum menemukan jantung yang cocok untuk Taemin." jelas Jinki, menahan tangisnya.
"Tapi aku akan berusaha mencarikannya dengan segera. Appa dan omma jangan khawatir ne." lanjutnya menyemangati orantuanya.

"Ne. Lakukanlah yang terbaik untuk adikmu."

#~#

3 days later

Taemin POV

Aku membuka mataku perlahan-lahan, mencoba mengenali sekelilingku. Putih. Aku di mana?

Aku celingukan dan melihat sebuah selang kecil terhubung di tubuhku, tidak salah lagi aku berada di rumah sakit. Apa penyakitku kambuh?

Chamkkanman. Biar kuingat apa yang terjadi padaku sebelum aku berada di sini.

Aku memenangkan lomba dance dan aku-
Aku pergi ke tempat Kibum ikut lomba memasak dan-

Eungh. Dadaku mulai sesak, jantungku melemah.
Tuhan. Tolong aku, jangan siksa aku terlalu lama seperti ini.
Aku ingin sembuh, aku ingin juga merasakan apa yang dirasakan oleh semua orang di dunia ini. Merasa terlalu senang atau terlalu sedih.


Pintu terbuka dan seseorang datang menghampiriku dengan wajag cemas.

"Taemin? Kau sudah sadar?" tanyanya.

"Eungh.." aku hanya melenguh sambil memegang dadaku yang sesak.

"Biar kuperiksa dulu." katanya lalu memeriksa keadaanku.

"Op..ppa?" panggilku lemah.

Dia menoleh, "Hn?" responnya.

"Kira-kira sampai kapan aku bisa bertahan?"

Dahinya mengkerut. "Maksudmu?"

"Katakan saja oppa, menurut tebakanmu, aku akan bertahan sampai kapan?" desakku.

"Sampai kau sembuh. Percayalah." semangatnya dengan senyum lebar.

Aku balas senyumannya, lalu membatin ."Kau bohong, oppa."

POV end

***

Minho POV

Ini adalah hari ke tiga sejak aku berpacaran dengan Key. Dan sudah tiga hari ini juga aku tak melihat batang hidung yeoja manja itu, dia menghilang seperti ditelan bumi.
Aigoo!! Minho-ah! Apa yang kau pikirkan? Sekarang kau harusnya senang karena yeoja manja itu sudah tak mengganggumu lagi dan kau juga sudah memiliki Key.
Tapi sepertinya ada yang kurang tanpa Taemin. Apa itu? Entahlah.

"Chagi, kau sedang melamun apa?" suara Key membuyarkan lamunanku.

"Ani." jawabku singkat.

Lalu kulihat dia menatap tempat duduk di sampingnya, tempat duduknya Taemin.

"Kau di mana Taemin? Sudah tiga hari kau tak masuk sekolah. Pulang ke asramapun juga tidak." dia bergumam.

"Minho-yah! Kau mau khan menemaniku mencari Taemin?" tanyanya padaku langsung.

"Hee?"

"Jwebal. Aku merindukannya. Dan entah kenapa aku merasa khawatir padanya."


DEGG
Kenapa aku juga tiba-tiba merasa mengkhawatirkan yeoja menyusahkan itu?
Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah diberi virus olehnya hingga aku jadi seperti ini?

"Minho. Minho-yah! MINHO!!"

"An.. N.ne?"

"Kau dengar aku tidak?"

"Ne."

"Jadi kau maukan menemaniku mencarinya?"

"Ne." kurasa aku sudah gila karena yeoja manja dan menyusahkan itu.

POV end


Kibum POV

Sepertinya pikiran Minho kemana-mana, apa dia merindukan Taemin? Hmm.. Wajar saja. Mereka khan sudah berteman dari kecil.

Taemin mana sich? Kok tiba-tiba hilang. Aku khan mau memberitahunya berita baru kalau aku sudah jadian dengan Minho. Aku juga ingin memberitahunya tentang kegagalanku yang untuk pertama kalinya. Huft~
Taemin aku merindukanmu, chingu. Aku ingin bercerita banyak padamu.

POV end

***

@Hospital

Jinki POV

Aku sudah memeriksa keadaan Taemin, dan syukurlah dia sudah membaik seperti biasanya. Sepertinya dia juga sudah bisa pulang.
Akh! Sebaiknya dia dipulangkan saja. Dari pada dia tidak tahan dengan bau rumah sakit.

Aku masuk ke kamarnya untuk memeberitahunya bahwa dia sudah bisa pulang sore ini.

"Oppa." teriaknya. Aish! Ini anak tidak berubah juga. Selalu teriak memanggilku kalau dia dalam keadaan sehat.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah kanak-kanaknya. "Umm, ne?" sahutku menghampirinya.

Aku lihat appa dan omma juga tersenyum melihat Taemin yang sepertinya mulai bermanja-manja. Haah~ Dasar yeoja manja. Ckck..

"Taemin, apa kau masih mau tinggal di rumah sakit?" tanyaku pada dongsaengku yang manis ini.

"Andwae. Aku tidak tahan baunya oppa. Aku mau pulang. Daaah~" jawabnya dengan suara manja buatannya dan beranjak keluar kamar sambil melambaikan tangannya. Dasar anak itu.

"Appa, omma."

"Kamu saja yang mengantarnya pulang. Nanti kami menyusul setelah membereskan pakaiannya." potong omma.

"Ne. Kalkke~" pamitku lalu menyusul Taemin.


"Hya! Chamkkanman." teriakku ketika melihat Taemin di depan pintu rumah sakit. Cepat sekali dia keluar, dia bahkan belum mengganti seragam rumah sakitnya.

Dia berhenti lalu menoleh ke arahku, dan sekarang berlari. Huh~ sepertinya dia berpikir aku akan membawanya masuk kembali rumah sakit.

Aku langsung menuju parkiran, membawa mobilku lalu mengejar anak nakal itu. Haah~ merepotkan sekali sich dia. Tapi itu yang aku suka darimu dongsaeng. Kau kelihatan segar bugar dengan kelakuan menjengkelkanmu itu.


Akhirnya aku menemukannya di depan rumah makan jepang, sepertinya dia sedang lapar. Haha..
Kudekati dia dan menepuk pundaknya.

"Mau kabur kemana, heoh?"

"Oppa. Aku lapar." rengeknya. Huh~

"Mau masuk makan?" tanyaku, dia mengangguk lucu. Dasar manja, sifat kekanakannya pakai dikeluarkan segala. Ckck..
"Tapi setelah makan ka-"

"Oppa, jwebal. Aku mau pulang setelah ini. Aku tidak mau ke rumah sakit lagi. Baunya terlalu menyengat di hidungku." keluhnya dengan suara manjanya lagi.

Aku mencubit hidungnya hingga ia meringis. Aku hanya tertawa melihatnya.
"Siapa yang mau membawamu ke rumah sakit, hah? Kau itu di bawa ke rumah sakit kalau penyakitmu kambuh, tapi sekarang kau sudah sehat kembali. Kajja." Aku menarik tangannya masuk ke rumah makan depan kami.

"Lalu kenapa oppa mengejarku kalau tidak mau membawaku masuk ke rumah sakit lagi?" tanya polos setelah kami memesan makanan.

Aku menjitak pelan kepalanya. "Babo. Kau pikir appa dan omma membiarkanmu pulang sendiri dengan seperti ini, hah?"

"Mianhae oppa. Hehe.." cengirnya. Ukh! Ingin kucubit saja kau ini.

"Setelah ini kita langsung pulang dan kau istirahat ne." dia hanya mengangguk menyantap makanannya.

POV end

(Ada yang tanya apa yang mereka makan? Author juga tidak tau, bentuknya aneh sich.. Heheh)

***

Minho POV

Aku menemani Key mencari keberadaan Taemin, tapi nihil. Kami belum juga menemukannya.
Apa mungkin dia pulang ke rumahnya? Akh! Kenapa tak kupikirkan? Pasti dia pulang ke rumahnya.

Kulajukan mobilku menuju rumah Taemin, semoga saja alamatnya tak berubah.

"Kita akan ke mana lagi?" tanya Key yang melihatku aneh menyetir dengan fokus ke depan, dengan kecepatan yang tinggi.

"Ke rumah Taemin." jawabku singkat.


Setelah tiba di depan rumah yang tak berubah sedikitpun dari 5 tahun yang lalu. Kulihat seorang namja keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk seseorang.
Siapa dia? Seorang yeoja kurus dengan rambutnya berwarna merah dengan pakaian rumah sakit? Hah? Itu khan Taemin. Dia sakit?

"Kajja." seruku pada Key.

"Ini rumah Taemin?" tanyanya namun kuacuhkan. Aku berlari mengejar dua orang tadi.

"Taem?" panggilku ngos-ngosan. Mereka berhenti dan menoleh.

"Minho?" tanyanya.

Key yang menyusulku langsung ngos-ngosan juga begitu sampai.

"Haahh.. Kau dari mana saja, hah?" teriaknya.

"Aish! Hya! Sudah kubilang berkali-kali aku tidak budek. Kenapa kau selalu berteriak, hah?" balas Taemin berteriak.

"Sudahlah. Taem, masuk sana. Mandi dan ganti bajumu. Apa kau mau dibilang kabur dari rumah sakit, heoh?" suruh seorang namja bermata bulan sabit.
Taemin menurut, namun baru beberapa langkah. "Hei, obatmu ketinggalan. Jangan lupa diminum ne." sahut namja itu lagi sambil melempar sekantong plastik kecil.

Taemin menoleh dan menangkap lemparan namja tadi. "Baik, dok." jawabnya menghormat sambil terkekeh.

"Minho, kau tidak mau masuk?" tanya namja itu padaku. Aku menatap Key, dan dia juga menatapku. Baiklah, mungkin di dalam kami bisa mengintrogasinya.

Kami bertigapun masuk ke dalam rumah yang lumayan mewah dan asri ini.

POV end


Kibum POV

Haah~ Ternyata Taemin benar-benar ada di rumahnya, tapi kenapa dia memakai pakaian rumah sakit? Apa dia sakit?
Iya, kata namja bermata bulan sabit itu kalau Taemin sakit khan?

Kami disuruh masuk ke dalam rumah Taemin, baiklah, akan kuintrogasi kau.

Lama kami menunggu Taemin, tapi dia tak juga turun dari kamarnya. Apa sich yang dilakukannya??

"Hmm.. Taemin mana yach? Kok dari tadi belum keluar-keluar juga dia dari kamarnya?" tanyaku langsung pada namja bermata bulan sabit ini.

"Taemin kusuruh istirahat. Mungkin dia sudah tidur." jawabnya santai.

MWO?? Tidur? Gila bener nich orang. Punya tamu tapi disuruh tidur dianya. Aish!

"Oppa, aku tidak bisa tidur." sahut suara yang sudah sangat kukenal. Suara manja Taemin.

"Wae?" tanya namja bermata bulan sabit yang ternyata oppanya Taemin.

"Tidak ada yang temenin. Oppa, tidurkan aku di pangkuanmu yach." manja Taemin, meletakkan kepalanya di paha oppanya.

"Hya! Kau ini! Dari mana saja kau? Kami mencarimu seperti orang gila tau. Kau menghilang tanpa kabar, dan sekarang kenapa kau seperti tak menganggap kami, hah?" bentakku padanya, seenaknya aja dia perlakukan aku dan Minho seperti ini.

Taemin menoleh dan mentapku. "Mian." sahutnya singkat. Udah? Gitu doank?

"Haaah~ Sungguh gila aku karenamu. Kau begitu tega padaku yach. Mencarimu seperti orang gila, kesana-kemari, begitu ketemu hanya ini yang kau katakan?" sepertinya Minho yang dari tadi diam juga mulai meluapkan emosinya.

"Siapa yang menyuruhmu mencariku? Aku tidak pernah memintanya khan." ujarnya datar. Taemin? Kenapa kau seperti ini? Aneh!
Ucapannya membuatku dan Minho terkejut, bahkan oppanya juga terkejut.

"Taem?" panggil oppanya Taemin. Haduuh~ Siapa sich namanya? Kok tidak perkenalkan diri sich?

"Hn?" sahut Taemin.

"Kau lelah? Belum mau tidur?" tanyanya sambil mengelus rambut Taemin.

"Usir mereka oppa." sahut Taemin mengabaikan pertanyaan oppanya.

"Hya! Kau mengusir kami? Kami sudah seperti orang gila karenamu dan sekarang kau mengusir kami, hah? Tega sekali kau?" geram Minho. Sepertinya Minho akan memukul Taemin, di depanku dan juga depan oppanya Taemin.

"Ada apa ini?" sebuah suara yeoja yang sepertinya mulai menua usianya. Kami menoleh.

"Omma. Appa." ucap oppanya Taemin.

"Siapa mereka? Dan kau, kenapa membentak putriku, hah?" seorang namja paruh baya -mungkin appanya Taemin-, marah pada Minho.

"Dia temannya Taemin." jawab oppanya Taemin.

"Haaah~~ Aku mau ke kamar saja." Taemin melesat begitu saja, pergi dari hadapan kami semua. Anak itu, ada apa dengannya?
Aku dan Minho hanya melongo dengan sikap anehnya.

"Mungkin dia sedang tidak ingin diganggu dulu. Pulanglah kalian." kata oppanya Taemin.

"Baiklah. Tapi besok dia ke sekolahkan?" tanyaku, dan dia hanya mengangkat bahu saja. Jawaban apa itu?

Aku dan Minho pun pergi dari rumah Taemin karena ternyata tanpa disadari hari juga sudah sangat gelap. Bagaimana tidak? Sekarang sudah jam 11 malam.

POV end


Taemin POV

Kenapa sich Minho dan Key harus ke rumah? Aku tidak kuat melihatnya, aku masuk ke kamar kembali ketika appa dan omma sudah pulang. Aku langsung duduk di tempat tidurku, memegang dadaku yang mulai sesak.
Tuhan, semakin lama aku semakin mencintai Minho. Dan semakin aku mencintainya, jantungku semakin melemah. Di saat aku tahu ternyata Minho lebih memilih sahabatku, Kibum, jantungku semakin melemah. Sampai kapan penderitaanku ini berakhir?
Aku mohon padamu, Tuhan. Jangan terlalu lama Kau menyiksaku. Jika Kau ingin, ambillah aku bersamamu sekarang.


Tok Tok Tok

"Taemin?" aku diam.
"Taem?" masih diam.

Aku menenggelamkan kepalaku di bantal, aku ingin menangis. Semoga bisa meringankanku.


#esok hari

Aku kembali masuk ke sekolah, dan diantar oleh Onew oppa. Oppaku yang bermata bulan sabit yang juga merupakan dokter pribadiku. Haha..

"Taem." panggilnya saat aku hendak turun dari mobil.

Aku menoleh, menatapnya. "Wae?"

"Mulai sekarang kau tidak boleh ikut dance dan semacamnya lagi." Haah? Apa maksudnya?

"Mwo?"

"Ingat jantungmu semakin lemah, aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." aku hanya manggut-manggut mengerti dengan wajah sedih dan kecewa.
"Satu piala juara 1 lomba dance sudah cukup khan? Pialanya sudah kusatukan dan kuperbaiki." lanjutnya tersenyum.

"Um.. Oh iya, oppa."

"Ne?"

"Hmm.. Tidak jadi. Aku masuk ke dalam yach." padahal aku cuma mau bertanya perkiraan aku bertahan sampai kapan. Tapi kuurungkan saja.

Aku berjalan menyusuri koridor dan masuk ke kelas, juga melihat mereka berdua. Aku hanya tersenyum, jika kalian bahagia maka aku juga akan bahagia.

"Taemin?" sapa Kibum. Aku hanya tersenyum.

"Hei, Jamur. Kenapa kau kemarin bertingkah seperti itu? Itu bukan sifatmu banget. Dasar aneh." oceh Minho.

Aku hanya tersenyum, duduk di bangkuku. Menidurkan kepalaku di meja menghadap ke arah jendela, membelakangi mereka berdua. Aku memegang dadaku yang sesak lagi.
Chamkkanman. Hanya sedih seperti ini saja dadaku sudah sangat sesak, apalagi kalau aku merasa terlalu sedih. Aku tidak bisa bertahan lama, aku yakin itu. Sepertinya Tuhan mulai mendengar doaku.

POV end

#~#

2 months later

Selama dua bulan sikap dingin Minho pada Taemin hilang, dia bersikap manis dan selalu tersenyum pada Taemin. Membuat Taemin senang sekali, sangat senang. Hingga membuatnya drop, karena jantungnya yang lemah tidak bisa menerima perasaan yang seperti itu. Jantungnya hanya bisa menerima perasaan yang datar, tanpa rasa senang, sedih, kecewa, marah dan sebagainya.

Kini Taemin masuk dan dirawat lagi di rumah sakit, bahkan waktu rawatnya mungkin paling lama diantara lama dirawatnya dia di rumah sakit.


Taemin POV

Haah~ Malas banget kalau disuruh minum obat yang sangat banyak dan pahit itu. Mending aku kabur saja. Haha..
Aku bersembunyi di balik tembok, menghindari para perawat yang sepertinya sedang celingukan mencariku.

Plukk
"Mian, noona." seseorang menepuk pundakku.

Aku menoleh dan meletakkan jari telunjukku di bibir. "Ssstt.. Nanti aku ketahuan bagaimana?"

"Memangnya noona sedang apa? Main petak umpet?"

"Aku bersembunyi karena tidak mau disuruh minum obat yanga banyak dan juga pahit itu. Iuch.."

"Kalau begitu, ikut aku." sahutnya dan menarik Tanganku. Membawaku ke sebuah taman dekat rumah sakit. Dia duduk di bawah pohon rindang.

"Duduklah." katanya sambil menepuk tempat di sampingnya. Akupun menurutinya.

"Kau pasien di sini?" tanyaku.

"Ani." dia menggeleng.

"Lalu apa yang kau lakukan? Menjenguk seseorang kah?" tanyaku.

"Ne, nae yeoja." jawabnya.
"Lalu kau? Maksudku, kau sakit apa?"

"Kau tau aku sakit?" tanyaku bingung dan polos.

Dia menjitak pelan kepalaku. "Babo. Kau mengenakan seragam pasien rumah sakit, dan tadi kau juga bilang bersembunyi karena tidak mau minum obat. Bagaimana aku tidak tahu kalau kau sakit?"

"Oh, iya yach." sahutku datar.

"Kau sakit apa?" ulangnya pada pertanyaannya tadi.

"Jantungku lemah, dan aku tidak boleh merasakan perasaan apapun." jawabku datar lagi.
"Kau? Maksudku, yeojamu itu."

"Dia mengalami kecelakaan yang menyebabkannya buta. Hingga sekarang dia belum juga sadar."

"Hmm.. Nama yeojamu siapa-" tanyaku menggantung, bingung karena belum mengetahui namanya.

"Jonghyun. Kim Jonghyun." kenalnya yang mengerti kebingungan di raut wajahku.

"Oh, Jonghyun oppa. Bolehkan?" izinku.

Dia mengangguk, "Ne."

"Siapa nama yeojamu itu, oppa?" tanyaku ulang.

"Hahee. Kang Hahee. *Auhtor kelepek-kelepek nich, Jonghyun bilang aku yeojanya. Ahaha..* Wae?" tanyanya.

"Ani. Semoga Hahee eonni cepat sembuh. Kalau aku sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku ingin Hahee eonni mau menerima mataku. Agar dia bisa melihat wajah tampanmu oppa." ujarku masih datar juga.

"Kau mulai merayuku yach? Hmm.. Tergantung keluargamu, dia mau memberikannya atau tidak. Kalau aku sich sangat berterima kasih."

"Yang punya organ tubuh itu aku, bukan keluargaku."

"Yach, sesukamu sajalah."

POV end


Next >>> C