Sabtu, 24 November 2012

FF/2MinKey/Genderswitch/Mianhae, Jeongmal Saranghae!(3)/3S

Tittle: Mianhae, Jeongmal Saranghae!
Cast: 2MinKey, All member SHINee
Genre: Romance, Angst
Rating: PG-15


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Jinki POV

Sekarang aku dan para dokter yang lain sedang mencari donor jantung yang cocok untuk Taemin, nae Yeodongsaeng. Walau mungkin aku merasa bahwa itu percuma saja. Penyakit yang dideritanya sudah sangat parah, jantungnya sudah sangat lemah dan itu membuatnya tidak bisa bertahan lama.

Setiap malam aku kadang melihatnya meringkuk di pojok kamar rawatnya, hanya untuk menahan sakit yang dideritanya.

Minho, Choi Minho. Hanya nama itu yang selalu terlintas di pikiranku, bahwa dia yang bisa membuat Taemin merasa bahagia sebelum dia pergi. Hajiman- Aku tahu Minho tidak pernah menyukai Taemin yang selalu dikatakannya sebagai Yeoja menyusahkan, Yeoja menyebalkan, dan sebagainya.

"Oppa!" tiba-tiba suaranya terdengar di telingaku. Aku menoleh ke sumber suara, dan kudapati dirinya berdir di ambang pintu dengan wajah pucatnya.

"Taemin!" seru para dokter.

"Annyeong Uisanimdeul." sapa Taemin melambaikan tangannya.

"Waeyo?" tanyaku.

Dia berlari menghampiriku, memelukku erat. "Oppa! Geumanhae! Jangan paksakan diri Oppa hanya untuk mencarikan aku pendonor Jantung. Aku akan tetap pergi." kata-katanya membuatku ingin menangis. 'Sudah menyerahkah kau, Taemin?'

"Andwae! kau tidak boleh pergi, Chagiya." dengan susah payah akuu keluarkan suaraku untuk membetuuk kata-kata.

Pelukannya semakin erat, bahunya sedikit bergetar. "Aku tidak ingin meninggalkan Oppa, Omma, dan juga Appa. Tapi aku sudah tidak sanggup lagi, ini sungguh menyakitkan. Biarkan aku pergi, Oppa." jelas dan pintanya. Aku sudah tidak sanggup untuk tidak meneteskan air mataku, tangisanku tumpah.

"Arasseo."


***


Kibum POV

Haah~ Taemin, kau ada di mana? Lagi-lagi kau menghilang tanpa kabar. Kau membuatku pusing saja untuk memikirkan dirimu seorang.

"Chagiya, gwenchana?" Minho menyadarkanku dari lamunan.

Aku menoleh ke arahnya. "Eung." anggukku lemah.

"Jeongmal? Kau terlihat pucat." khawatirnya.

Kupaksakan untuk tersenyum. "Ne, jeongmal gwenchana. Aku hanya mengkhawatirkan Taemin." jawabku.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah, sepertinya dia tidak suka aku membahas Taemin. Tapi kenapa?

"Untuk apa kau mengkhawatirkannya. Lihat! Dia menghilang lagi dan tidak memberitahumu sama sekali, sahabat macam apa dia itu? Bikin Chagiya-ku sakit saja mikirin dirinya." celotehnya, marah.

Aku memiringkan wajahku di depannya. "Kenapa kau berubah? Kemarin-kemarin kau masih bersikap baik padanya khan?" tanyaku tak mengerti dengan prubahannya.

"Itu karena dia adalah sahabatmu, aku terpaksa baik dan mengadakan keberadaannya." jawabnya, sadis.

Aku membulatkan mataku terkejut, dia kemudian memelukku. "Yang penting itu kita sekarang, kelanjutan hubungan kita. Aku tidak mau dengar lagi tentanng Taemin, ingat!" sahutnya.

"Taemin, semoga kau baik-baik saja dan selalu dalam pelindungan Tuhan." doaku dalam hati.


***

Author POV

@Hospital

Di dalam kamar rawatnya, Taemin meringkuk di sudut ruangan, menahan sakit di dadanya. Tangan kanannya meremas dada kirinya, berharap rasa sakit yang dideranya dapat berkurang, walau hasilnya tetap nihil.

"Oh Tuhan, selamatkan aku!" doanya berkali-kali dalam hati.

Sementara itu, ada seorang namja yang berjalan di koridor rumah sakit sambil celingukan mencari nomor kamar rawat, juga mungkin orang yang dicarinya sekalian.

Jonghyun, namja itu berhenti di depan kamar bernomor 327. Dibuka perlahan pintu itu, dan terkejut melihat keadalam di dalamnya.

Yah, dia melihat Taemin yang masih meringkuk di sudut ruangan. Dihampirinya, "Taem, gwenchana?" tanyanya khawatir.

Taemin mendongak, melihat Jonghyun dengan tatapan sayu. Dia menggeleng, "An.nii, ku.rasa aku.. sud.dahh tii.ddak kuat la.gii." jawabnya terbata-bata, terdengar parau dengan matanya yang berkaca-kaca.

Dengan segera Jonghyun menggendong Taemin di kedua lengannya. Refleks Taemin mengalunkan tangannya di leher Jonghyun, memeluknya erat, berharap rasa sakit di dadanya setidaknya mereda walau hanya sedikit. "Opp..phhaa.." Taemin merintih-rintih.

Jonghyun berlari keluar dari kamar itu sambil menggendong tubuh kurus Taemin, mencoba mencari bantuan hingga dilihatnya seorang dokter.

"Uisa, tolong aku. Selamatkan yeoja ini, jwebal." seru Jonghyun terengah-engah.

Dokter itu melihat yeoja yang berada di pelukan Jonghyun dan terbelalak kaget. Tiba-tiba perasaan cemas menghantuinya. "Ommo! Taeminnie!" pekiknya, lalu mengambil alih Taemin ke pelukannya.

Jinki, dokter itu langsung berlari membawa yeodongsaeng sekaligus pasiennya ke ruang ICU. Di belakangnya, ada Jonghyun yang ikut mengejar dan berhenti setelah melihat Taemin telah dimasukkan ke ruangan itu.

Jonghyun jatuh terduduk dan bersandar di dinding yang dingin, menelungkupkan wajahnya lalu mendongak kembali dan mengusap wajahnya. Bibirnya bergetar dan air mata mulai mengenang di pelupuk matanya. "Ya Tuhan! Bukannya aku tidak ingin Hahee melihat dunia lagi, tapi aku tidak bisa merelakan atau membiarkan Taemin melawan maut sekarang. Dia masih terlalu muda untuk meninggalkan dunia yang penuh keindahan ini. Kumohon, selamatkan Taemin, Tuhan!"


@ICU

Jinki sudah siap dengan alat-alat untuk memberi pompaan pada jantung Taemin, namun saat alat itu akan mengenai dadanya, Taemin menahannya. "Opp.pa. Biar.kan aku.. pergi.." Taemin menarik nafas, "Aku sud.dah tidak kuat la.gi." Lagi, Taemin menarik nafas. "Hahee eonni. Aku ingin men.donor..kan matta.ku untuk..nyaa. Jweb..bha..." Di nafas terakhir Taemin, dia belum menyelesaikan perkataannya, tapi Jinki mengerti maksud dan keinginan adik semata wayangnya itu. Dilepasnya semua alat yang terhubung di tubuh Taemin, dengan air mata di pipinya, Jinki mulai menutupi wajah dongsaengnya dengan kain putih.

Jinki menatap tubuh lemah adiknya dengan mata basah penuh air mata.  "Iks, semoga kau tenang nae yeodongsaeng."

"Kau yang sabar yah, Tuhan pasti selalu melakukan yang terbaik untuk hamba-Nya." Seorang dokter berbicara dan menepuk bahu Jinki, mencoba menenangkan.

"Lebih baik kita beritau Mr. dan Mrs. Lee. Kajja." Seru dokter lainnya, bergegas keluar dari ruang ICU.

Di luar ruang ICU, Jonghyun masih terduduk di lantai rumah sakit. Mulutnya tak berhenti berkomat-kamit membacaan doa-doa untuk Taemin. *Oppa khan Atheis eoh.*

Pintu ruangan itu terbuka, Jonghyun segera berdiri dan menyerang dengan berbagai pertanyaan. "Uisanim, eotteokhae? Taemin baik-baik saja khan? Dia bisa disembuhkan khan? Taemin tidak semakin parah khan?"

Dokter diam, begitupun dengan Jinki yang menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tidak ada harapan, Taemin sudah tiada. Jonghyun kembali merosot jatuh ke lantai. "Dia masih sangat muda, kenapa dia pergi secepat itu?" gumamnya.

Sepasang suami-istri datang dengan berlari-lari, nafas mereka tersengal-sengal. Setelah mengatur nafas mereka menjadi normal, Mr. Lee mulai membuka mulut. "Jinki-ah! Neo saeng, gwechana?" tanyanya.

Jinki diam, menggeleng pelan sebagai jawaban. Mrs. Lee langsung merasa oleng dan hampir jatuh jika Mr. Lee tidak siap menahan tubuhnya.


***

Minho POV

"Aaaarrrgghhh... Aaanndddwwaaaeeee!!!" aku terbangun dari tidurku, setelah mimpi buruk tentang Taemin. Tidak! Taemin pasti baik-baik saja.

Yeoja yang tidur di sampingku, tiba-tiba bangun dan menatapku heran. "Waeyo chagi?" tanyanya.

"Taemin." gumamku. Dia menatapku bingung. Aku langsung beranjak dari tempat tidur, bergegas keluar mencari Taemin. Sungguh, perasaanku benar-benar tidak enak sekarang.

Tepat di ambang pintu, tiba-tiba ponselku bergetar, segera kuraih dan kulihat nomor tak dikenal di layarnya. Kujawab dan kutempelkan di telinga kiriku.

"Minho, saranghae. Nan jeongmal saranghae." KLIK- panggilan terputus.

Aku kenal betul suara ini, ini suara Taemin. Tiba-tiba aku merasakan angin berhembus sangat sejuk dan merasa bahwa Taemin ada di sini. Kuedarkan penglihatanku, namun aku tak menemukan sosoknya.

"Minho! Nuguya?" suara Key menyadarkanku ke alam nyata.

Aku kembali terduduk di ranjang dan tidak berhenti menggumamkan nama "Taemin".

"Taemin? Itu tadi Taemin?"

Aku mengecek ponselku, melihat panggilan yang baru saja ini. Namun nihil, aku tidak menemukannya di sana.

"Minho!" panggilan Key kuabaikan. Pikiranku melayang memikirkan Taemin.

Key menangkup wajahku dengan kedua tangannya, menatap dalam mataku membuatku juga ikut menatap dalam matanya. "Jelaskan padaku, Minho-yah!" pintanya.

"Aku bermimpi buruk tentang Taemin. Dan aku menerima telepon, itu suara Taemin tapi-" aku terhenti sejenak, air mataku tiba-tiba mengalir. "Tapi setelah aku cek, tidak ada tanda-tanda bahwa ada panggilan barusan."

"Kau mengkhawatirkannya?" tanya Key. Aku mengangguk, mengiyakan. "Baiklah, kajja kita cari dia." ajaknya, mmenarikku bangkit dari dudukanku.

Tepat di ambang pintu (lagi), aku merasa ponselku kembali bergetar. Kulihat nama "Jinki Hyung" tertera di layarnya, segara kutekan tombol "Answer".

"Yoboseyo?" sapaku.

POV end


***

Auhtor POV

Ruangan itu penuh dengan tangisan duka terutama dari keluarga Lee. Mrs. Lee tak henti-hentinya mengelus wajah pucat putrinya yang sudah tak bernyawa. Di sebelahnya ada Mr. Lee yang mengelus-elus pundak dan rambut Anaenya, mencoba menenangkannya. Jinki yang tangisnya sempat reda, kini susah terkontrol lagi. Jonghyun bersama yeoja manis yang duduk di kursi roda, ikut menangis. Author yang menulis ini juga ikut menangis karena kebetulan kena lovesick. *Curcol eoh?*

"Aku sungguh mengasihanimu Taemin." gumam Jonghyun, namun terdengar jelas oleh Jinki yag kebetulan berada di dekatnya.

Jinki menoleh, matanya menatap yeoja yang duduk di kursi roda. "Noona Hahee?" tanyanya memastikan.

Jonghyun menatap Jinki. "Ye, dia Hahee, yeochingku." sahut Jonghyun bangga, memiliki yeoja yang sangat namis dan imut namun sayang buta. *Hya! Aku masih bisa melihat #digamparreaderskarenamengganggu*

"Taemin memiliki satu permintaan sebelum dia pergi." ujar jinki.

Jonghyun seakan mengerti langsung berbicara. "Aku bukannya tidak ingin Hahee cepat melihat. Tapi aku juga tidak rela jika Taemin secepat itu pergi meninggalkan dunia. Dia masih terlalu muda untuk merasakan semua penderitaan ini." Jonghyun terhenti sejenak. "Keluarga Lee masih diselimuti perasaan duka, kami yang bukan siapa-siapanya tidak berhak tiba-tiba datang meminta kornea mata Taemin." lanjutnya, membuat Hahee terbelalak dan tak percaya. Jonghyun kemudian merangkul bahu Hahee dan mencium pipinya sekilas, "Lagian aku rasa, Hahee bisa bertahan hingga perasaan di keluarga ini sudah kembali normal." senyum mengembang di wajah cantik yeoja manis itu.

"Gamsahae, Jonghyun-sshi." *Kok tau? Padah belum kenanalannya. #plak*

Jinki menatap tamu yang datang di hari penuh duka itu, dia tidak menemukan sosok namja yang sangat berarti bagi Taemin. Choi Minho, namja yang merupakan belahan jiwa Taemin. Jinki langsung meraih ponselnya dan menelpon Minho.

Setelah nada tersambung, tak berapa lama panggilan terjawab. "Yoboseyo?" sapanya.

"Ne, annyeong Minho-yah." balas Jinki.

"Hyung, waeyo? dari suaramu seperti ada yang tidak beres."

"Taemin-"


#~#

Minho berlari sekencang-kencangnya mengitari kota Seoul, disusul Kibum di belakangnya yang sudah terengah-engah mengejar Minho. Peluh keringat membasahai tubuh mereka, namun mereka tak ada tanda-tanda mengakhiri aksi lari-larian mereka. Berlari menuju satu tempat. *Kenapa tidak naik kendaraan saja siih?? Pabo! #plak*

Lari Minho terhenti di depan sebuah bangunan yang berdiri kokoh dan megah. Bangunan yang terlihat sederhana namun asri. Yah, kediaman Lee.

"Kauh.. Haah, terlaluh ceppatt. Minhooh.." Kibum menyusul dengan nafas tersengal-sengal.

Minho berbalik, menarik tangan Kibum. "Kajja." kembali berlari memasuki pekarangan rumah itu, terhenti tepat di ambang pintu utama. Minho mematung melihat tubuh yeoja yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya di peti.

Minho jatuh merosot dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Tergesa-gesa menghampiri peti tersebut. Kibum menatap tak percaya, seakan-akan inilah mimpi yang paling buruk yang pernah dialaminya. Sahabatnya yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri, kini sudah tiada, pergi meninggalkan dunia selamanya.

"Taemin, andwae! Shireo, TAEMIIINN!!" racau Minho, tak terima.

"Geumanhae, ini jalan yang sudah diatur oleh Tuhan. Jangan seperti ini. Uljimaa~" ujar Mr. Lee, bijak.



Minho POV

Kupandangi dirimu yang sudah tak bernyawa, dengan tubuh kurus, wajah pucat, namun masih bisa memberikan sebuah cahaya yang bersinar menandakan sebuah kedamaian.
Neomu yeppeo.

Mianhae, jeongmal. Aku adalah manusia yag paling berdosa, memberimu penderitaan selama ini.
Aku jahat, selalu menyakitimu dan tidak pernah mengganggap keberadaanmu. Tapi aku ebih jahat, karena tidak memahami perasaanku yang sebenarnya bahwa aku mencintaimu.

Sekarang aku telah menyadari perasaanku sesungguhnya, perasaan yang selama ini kuhindari.
Mianhae. Jeongmal saranghae, Taeminnie.

POV end


Kibum POV

Kini dirimu terbaring lemah tak berdaya, kau sudah pergi meninggalkanku, meninggalkan Minho, meninggalkan keluargamu da juga seluruh orang kau sayangi dan juga menyayangimu.

Aku adalah sahabat yang paling jahat bagimu bukan? Merebut namja yang telah lama kau cintai, bahkan sebelum bertemu denganku. Sungguh tak punya hati diriku ini.
Mianhae, jeongmal.

Taem, kau tahu?
Minho ternyata sangat mencintaimu. Dia selalu menghindari perasaannya itu, karena gengsinya padamu.
Tapi sekarang dia tidak menghindari perasaannya lagi, walau sudah terlambat sih.

Mianhae nae chingu, aku sungguh menyesal.
Saranghae.





END

Gimana dengan FF ini??
Ini FF pertama.ku yg cast.a SHINee looh.. hehe

Mianhae kalau makin gaje, dan aku tidak cocok membuat cerita begini.
Dimohon RCL-Nya..