Sabtu, 02 Februari 2013

Forbidden Love Part 3

Tittle: Forbidden Love

Cast:
*Lee Hyukjae as Hyukie
*Lee Donghae as Hae
*Lee Sungmin as Minnie
*Cho Kyuhyun as Kyu
*Lee Sooman as Tuan Lee
*Park Jungsoo as Park Ahjussi

Genre: Romance, Family, Yadong

Rating: NC

Warning: Kedua suamiku kujadikan seorang perempuan di FF ku kali ini.^o^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Seorang namja berpakaian rapi memasuki kediaman Lee yang bernuansa mewah dan megah. Ditangannya terjinjing tas kantor yang berisi berkas-berkas penting. Tiba di depan pintu, dia menekan bell sebanyak dua kali, tak lama setelah itu pintu terbuka oleh namja berperawakan tinggi dan tampan.

"Ye, nuguseyo?" tanya Kyu.

Namja itu tersenyum, "Boleh aku masuk dulu?" izinnya.

"Oh, mianhae. Tentu saja." Kyu jadi salah tingkah, menggeser tubuhnya dari depan pintu, membiarkan namja itu masuk.

"Mau minum apa?" tanya Kyu basa-basi.

"Coffe latte saja." jawabnya.

Kyu segera ke dapur dan menyiapkan minuman untuk tamu tersebut. Setelah itu kembali ke tempat namja itu duduk lalu menaruh cangkirnya di meja tepat di depan tamu.

"Ada keperluan apa?" tanya Kyu to the point.

"Bolehkan aku bertemu dengan Noona Minnie?" tanyanya.

Kyu memiringkan kepalanya. "Dia tidak enak badan, beberapa menit yang lalu dia pingsan." jawab Kyu sopan.

"Noona Hyukie?"

"Tunggu sebentar." Kyu bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar Minnie, di mana Hyukie dan Hae juga berada di situ.


"Hyukie, ada yang mencarimu." kata Kyu tepat ketika membuka pintu kamar Minnie.

Hyukie menoleh, lalu menatap Hae seakan mengatakan -ikutlah- dan Hae langsung mengangguk.

Mereka bertiga meninggalkan Minnie untuk beristirahat, lalu berjalan kembali ke ruang tamu.

"Oh, Park Ahjussi." sapa Hyukie, begitu melihat tamu yang mencarinya.

"Silahkan!" kata Jungsoo mengizinkan Hyukie duduk.

"Ada apa?" tanya Hyukie langsung.

"Turut berduka cita atas apa yang terjadi pada Tuan Lee Sooman." kata Jungsoo berawal. "Kedatangan saya kemari untuk menyampaikan pesan dari beliau, ini tentang surat wasiat."

Degh!

Jantung Hyukie tiba-tiba tak menentu, bisa-bisanya di hari duka ini malah membicarakan wasiat.

"Mianhamnida atas tidak kesopanan saya. Tuan Lee Sooman sendiri berpesan tadi pagi, untuk menyampaikan wasiat tepat kematiannya. Entah itu peringatan pertanda dia akan meninggalkan kita atau apa, nan molla. Tapi pesan itu adalah amanah dan tetap harus disampaikan."

"Baiklah. Tapi eonniku sedang tidak enak badan."

"Saya tahu, tapi ingatlah pesan beliau. Lagi pula jika menunda besok, maka semakin tidak ada waktu karena kerabat-kerabat akan datang melayat ketika mayat beliau telah dibawa pulang."

"Yah, saya mengerti. Lalu?"

"Pertama, Tuan Lee Sooman ingin menyampaikan perminta maafnya pada anak bungsunya yang sekaligus juga putra pertamanya-"

"Chamkkanman. Tapi Appa tidak memiliki putra." potong Hyukie.

Kyu yang sedikit kesal dengan sifat Hyukie, menyela sambil menatap Hae. "Kau punya adik seorang namja, dan Minnie mengetahuinya. Nanti dia akan menjelaskannya padamu."

Hyukie menggeleng tidak terima. Bagiamana bisa dia tidak tahu dia memiliki dongsaeng sedangkan Kyu yang bukan keluarganya mengetahuinya.

"Yah, Tuan Lee Sooman memang awalnya hanya mencantukan dua anak dalam kartu keluarganya, namun setahun setelah kematian Nyonya Lee Aeryung, Tuan Lee Sooman mengubah kartu kelurga tersebut dengan mencantumkan anak ketiga sekaligus putra pertamanya yang akan meneruskan sebagian besar perusahaannya. Dengan atas nama Lee Donghae."

Degh!

Hae dan Hyukie menegang. Hyukie menatap Hae yang dia mematung di tempatnya, tatapannya kosong. Bagaimana bisa kekasihmu sendiri adalah adikmu?

"Untuk Noona Minnie mendapat harta Tuan Lee Sooman sebanyak 25% begitu pula dengan Noona Hyukie. 50% lebihnya itu diwariskan kepada Tuam Muda Hae, selain sebagai satu-satunya penerus perusahaan Lee Chorporation juga sebagai perminta maaf yang sebesar-besarnya karena telah membuangnya sehari setelah kelahirannya." jelas Jungsoo.

Mata Hyukie mengkilat, menandakan ketidakterimaan. Dengan memandang sinis namja yang dicintainya, dia berkata. "Apa Hae itu adalah anak haram dikeluarga ini hm?" tanyanya tajam.

Jungsoo mengerti Hyukie memang memiliki sifat yang cemburu, bagaimana bisa orang yang baru masuk dalam kehidupannya justru mendapatkan harta warisan yang dua kali lipat lebih banyak dari yang dia dapat.

"Animnida. Lee Donghae adalah putra kandung dari Tuan Lee Sooman dan Nyonya Lee Aeryung. Hanya saat itu Tuan Lee Sooman begitu terpukul ketika Tuan Muda Hae melihat dunia, malah Nyonya Lee Aeryung menutup mata meninggalkan kita."

Setitik air mata tiba-tiba menetes dari pelupuk mata Hae, ada perasaan bersalah dalam dirinya. Entah bagaimana dia bisa mempercayai semua penjelasan tersebut, kini di benaknya mengatakan bahwa dia memang pantas dibuang.

"Baiklah. Semua sudah jelas, Ahjussi boleh pergi." kata Hyukie dingin, masih menatap sinis Hae.


***

Hyukie duduk terdiam di ranjangnya, masih sulit menerima jika orang yang dicintainya merupakan adik kandungnya sendiri. Apakah cinta mereka memang terlarang? Salahkah jika perasaan cinta itu tetap tumbuh? Pikirannya melayang, mengingat suatu percakapan antara dirinya dan eonninya.

Flashback

"Eonni, tadi Hae menembakku." kata Hyukie girang.

Minnie mendelik, "Jinnja? Lalu di mana pelurunya?" candanya.

"Di hatiku eonni, sangat dalam. Jika bisa dibedah, mungkin akan terlihat tulisan namanya di hatiku." jawab Hyukie lebay.

Minnie tertawa, "Hahah, bagaimana dia menembakmu hm?"

"Hm, dia mengatakan jika ada sepasang kekasih yang mirip, maka mereka adalah jodoh. Dan setelah itu kami menjadi sepasang kekasih." cerita Hyukie, "Dan aku berharap itu semua benar, karena aku mencintainya dengan sangat eonni." lanjutnya girang.

Minnie tersenyum simpul. "Jika ada sepasang kekasih yang mirip, itu bukan berarti mereka jodoh. Bisa saja mereka adalah saudara kembar bukan?" sahut Minnie tanpa sadar.

"Maksud eonni?" tanya Hyukie sarkatis.

Minnie tergagap. "Mwo? Ah, eh aniyaa. Ini sudah malam, tidurlah. Jaljayo ne. Chu~" katanya lalu mencium kening Hyukie, segera keluar dari kamar takut Hyukie semakin menghujaninya dengan pertanyaan.


Flashback end


Hyukie tersenyum miris pada dirinya sendiri, "Jika ada sepasang kekasih yang mirip, itu bukan berarti mereka jodoh. Bisa saja mereka adalah saudara kembar bukan?" ejek Hyukie tentu untuk dirinya lagi.

Hae berdiri di ambang pintu, menatapnya iba. Lalu ke ruang tengah, menemui Kyu yang sedang diitonton oleh televesi. Yah, Kyu duduk di sofa depan televisi tanpa menatap layar yang menyala di depannya.

"Hyung." panggil Hae lalu duduk di sebelah Kyu.

Kyu menoleh lalu tersenyum. "Aku mengerti perasaanmu Hae." sahutnya.

Hae mengalihkan tatapannya, tidak ingin Kyu mengetahui bahwa dirinya menahan air matanya. "Bagiamana keadaan Minnie noona?" tanyanya serak, meski dia bisa menutupi matanya yang memerah, tapi suaranya parau tidak bisa menutupi kesedihannya.

"Mungkin besok dia akan baik-baik saja."

"Aku sudah tidak apa-apa kok." sebuah suara mengagetkan mereka berdua, membuat kedua menoleh ke sumber suara.

"Chagiya." Kyu bangkit menghampiri Minnie, mendudukkannya di sebelah Hae.

"Apa Hyukie sudah tidur?" tanya Minnie.


Tak tak tak

Suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru berasal dari anak tangga, membuat mereka bertiga menoleh ke arah tersebut. Dilihatnya Hyukie berlari menuruni anak tangga dengan pakaian yang minim.

"Mau ke mana?" tanya Minnie ketika Hyukie lewat di depan penglihatannya.

"Bukan urusanmu." balas Hyukie dingin, lalu menghilang di balik pintu. Dan setelahnya terdengarlah suara mobil yang berlalu pergi.

"Ada apa dengannya?" tanya Minnie bingung.

"Hae, kau ikuti dia. Takut terjadi sesuatu padanya." perintah Kyu.

"Baik hyung." kata Hae memakai jaketnya lalu menyusul Hyukie yang telah menjauh.


***

@Club

Seorang yeoja duduk di depan counter bar, meminum vodka dengan jumlah tak sedikit. Mulutnya tak berhenti meracau atau mengumpat kata sial. Semua mata namja memandang ke arahnya dengan tatapan mesum. Bagaimana tidak? Yeoja itu hanya berbalut dress hitam yang hampir memmpertontonkan seluruh tubuhnya.

Beberapa namja mulai mendekatinya dan menggodanya, namun dia tidak merespon. Tetap pada aktivitasnya meracau dan mengumpat. Para namja yang sudah tidak tahan dengan pemandangan yang tergiurkan mulai mencium bibir sexy Hyukie, namun Hyukie juga tidak melakukan perlawanan membuat para namja melakukan hal lebih. Meremas dadanya, membuat Hyukie menjengjangkan lehernya yang panjang. Memberi leluasa pada para namja untuk mengukir noda di leher putihnya.

Para namja bersorak, seperti mendapatkan mainan baru. Yah, mainannya adalah Hyukie yang pasrah dijamah oleh tangan-tangan kotor namja bejat yang mulai melecehkannya.


Hae tiba di club malam yang baru pertama kali dia datangi. Begitu masuk ke dalamnya, matanya menerawang mencari sosok yeoja yang menjadi tujuannya datang ke tempat hina itu. Dilihatnya kerumunan yang ramai, namun dia tidak peduli, tetap mencari Hyukie. Lama-kelamaan dia penasaran dengan bahan tontonan tersebut, akhirnya dia ikut masuk dalam kerumunan itu, menjelajahinya hingga dia melihat objek pertononan gratis untuk para namja.

Hyukie sudah half naked dan terbaring pasrah di lantai dance, dengan beberapa namja mencicipi tubuhnya. Tubuh Hae memanas, kepalanya mendidih melihat pemandangan itu. Segera dia lepas jaketnya lalu menghampiri Hyukie, menariknya kasar lalu menutupi tubuhnya yang telah terekspos. Mengacuhkan tatapan membunuh dari para namja, dia tetap membawa Hyukie pergi dari tempat itu.

Matanya clingukan mencari mobil Hyukie di tempat parkir, begitu ditemukannya dengan segera dia menidurkan Hyukie di jok belakang. Lantas dia duduk di jok pengemudi. Tangannya meremas setir mobil, karena dia tidak tahu apa-apa soal menyetir. Dia takut, apalagi setelah mengikuti kursus privat mengemudi dari Kyu, Kyu hanya berkomentar bahwa Hae itu membawa mobil begitu mengerikan.

Tapi entah dapat kekuatan dari mana, hingga dia bisa melajukan mobil itu tanpa melakukan kesalahan atau kecelakaan apapun. Mereka selamat hingga di kediaman Lee.

Hae menggendung tubuh Hyukie memasuki rumah, disambut dengan tatapan cemas oleh Minnie, sedangkan Kyu mentapnya heran. Hae tahu maksud tatapan dari Kyu tapi dia menghiraukannya. Dia membawa Hyukie ke kamar dan menidurkannya di ranjang. Ditatapnya sendu wajah yeoja yang sangat dicintainya, sedih kembali mengingat noonanya itu hampir kehilangan kesuciannya.

Minnie datang membawa sebaskom air hangat dengan handuk kecil. Hae yang mengerti langsung keluar dan matanya tiba-tiba terpaku pada suatu ruangan di sudut lantai dua. Suasananya gelap, menandakan tak ada pemilik kamar tersebut. Awalnya dia berpikir itu kamar dari Tuan dan Nyonya Lee, tapi seingatnya kamar utama itu berada di lantai bawah dekat tangga. Kaki terlangkah menuju kamar itu, ditekannya saklar di dekat pintu kamar dan terlihatlah nama "Lee Donghae" tertera di pintu tersebut. Matanya membulat dan mulutnya membungkam, tangannya terulur ke kenop pintu lalu memutarnya. Suasana gelap kembali di pandangannya, dinyalakan lagi saklar lampu hingga dia bisa melihat jelas kamar yang seharunya menjadi miliknya.

Air mata menderai di pipinya, melihat banyaknya foto keluarga di dinding kamar itu. Mulai Hyukie yang masih bayi dengan gambaran adanya lagi sosok bayi di sebelah Hyukie, yang merupakan dirinya. Hingga foto Minnie dan Hyukie bersama Tuan Lee, dengan gambaran lagi di sebelah Hyukie. Air matanya semakin tidak bisa tertahan, diambilnya salah satu foto itu lalu membaliknya. Ternyata terdapat tulisan yang membuatnya kembali meneteskan buliran krystal dari pelupuk matanya.

"Hae anakku, bagaimana kabarmu? Semoga kau baik-baik saja, maafkan Appa nak."

"Hae anakku, bagaimana wajahmu saat ini? Apakah mirip dengan Hyukie? Tentu saja, kalian khan kembar. Maafkan Appa nak."

"Hae anakku, di mana kau berada sekarang? Appa mencarimu, ingin meminta maaf darimu. Ingin memberimu kasih sayang yang layak kau dapatkan. Maafkan Appa nak."

"Hae anakku, bagaimana ulang tahunmu? Appa merasa kesepian tanpamu. Hei, di rumah ini hanya Appa seorang namja, bukankah itu memang yang membuat Appa kesepian? Maafkan Appa nak."

"Hae anakku, setelah ulang tahunmu yang ke 8, aku akan berusaha mencari keberadaanmu. Aku tidak peduli jika Ommamu dengan cepat memanggilku, Appa hanya ingin bertemu denganmu. Maafkan Appa nak."

Cukup! Hae sudah tidak kuasa membaca semua tulisan di balik foto itu. Dadanya sakit hingga ke ulu hatinya, dia sudah memaafkan Appanya. Lee Sooman, kau beruntung memiliki anak berhati malaikat seperti Lee Donghae.

Ketika ingin keluar dari kamar itu, mata Hae terpaku pada amplop di atas meja belajar. Penasan, membuatnya mengambil amplop tersebut lalu membukanya. Terdapat surat yang sepertinya dituliskan oleh Appanya lagi.

"Hae anakku. Bagaimana? Kau menyukai kamarmu? Warna dan desainnya aku samakan dengan kamar Hyukie, namun tetap membedakannya dengan kamar ini sedikit maskulin di banding kamar Hyukie yang feminim. Maafakan Appa jika kau tidak suka. Appa akan mendesain ulang kamarmu.

Hei, bagaimana dengan noonamu? Kau pasti tertarik pada mereka khan? Tentu saja, mereka sangat cantik seperti Ommanya, dan Appa harap kau menuruni gen Appa meski tidak perlu semuanya. Ah, apa kau jatuh cinta pada salah satu noonamu? Nugu? Minnie? Hm, kurasa itu tidak mungkin. Dia sudah milik Kyu, haha. Atau Hyukie? Saudara kembarmu? Itu bisa saja khan? Kalian akan terlihat sangat serasi jika menjadi sepasang kekasih.

Aku tahu kau akan jatuh cinta pada salah satu noonamu, tapi jangan khawatir anakku. Tak ada cinta yang dilarang, kau tak dilarang mencintai noonamu. Perjuangkanlah cintamu, karena cinta itu adalah anugrah dari Tuhan. Syukurilah apa yang singgah di hati dan jangan pernah kau sesali.

Pesan Appa, jadilah anak yang baik dan jaga noonamu (Minnie) dan calon istrimu (Hyukie). Hahah, sangat aneh jika aku akan mengatakan anakku sendiri adalah menantuku, tapi aku tak akan peduli dengan itu. Yang terpenting adalah kebahagiaan anakku. Saranghaeyo Hae-ya!"

Hae tersenyum meski air mata belum kering di pipinya. Tekadnya bulat, akan memepertahankan perasaannya pada Hyukie. Dia telah mendapat restu dari calon mertuanya sekaligus Appanya.


Hae melangkahkan kakinya memasuki kamar saudara kembarnya, ditatapnya dengan penuh cinta yeoja yang terbaring lelap itu. Minnie menoleh ke arahnya, kaget dengan kehadiran Hae yang tiba-tiba.

"Noona!" panggil Hae tanpa mengalihkan tatapannya dari Hyukie.

"Ye?" sahut Minnie, membereskan baju Hyukie yang sudah tak layak dipakai itu.

"Bolehkah aku tidur bersama Hyukie?" tanyanya tanpa dosa.

Minnie membulatkan matanya mendengar pertanyaan namdongsaengnya, tepatnya permohonan sih. "Kau sedang mengigau?"

"Aniyo. Salahkah jika aku tidur dengan calon istriku?"

Minnie merasa ada yang salah pada Hae, dia berpikir Hae mungkin sudah terganggu kewarasannya. Bagaimana bisa saudara kembarmu sendiri kau klaim sebagai calon istrimu?

"Appa merestuiku, lihatlah." lanjut Hae sambil memperlihatkan surat yang tadi dibacanya.

Minnie mengertnyitkan dahinya, lalu mengambil surat itu, membacanya. Matanya membelalak tak percaya, menatap Hae dengan kebahagiaan yang terpancar di matanya. "Saranghaeyo Hae-ya." katanya lalu memeluk Hae erat, lama hingga suara deheman mengagetkan mereka.

"Jadi kau sudah berpaling pada bocah tengik itu?" suara Kyu dibuat-buat agar terdengar ngambek dan menuntut.

Minnie dan Hae tertawa , membuat Kyu semakin menunjukkan tampang cemberut yang membuat Minnie bergidik.

"Kau mengerikan Kyu." katanya. "Baiklah, karena aku juga akan tidur dengan Kyu malam ini." seru Minni dengan suara yang ditinggikan di akhir kalimat, membuat Hyukie yang tertidur menggeliat.

"Ssstt." kata Hae dengan telunjuknya di depan bibir. "Gomawo noona, aku janji tidak akan melakukan apapun terhadap Hyukie." kata Hae berbinar, lalu naik ke atas ranjang dan masuk dalam selimut. Memeluk Hyukie yang tampak kedingingan. "Tutup pintunya noona." suruhnya dengan mata terpejam.

Minnie hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah namdongsaegnya yang baru dia ketahui. Berjalan keluar kamar dan langsung mencium bibir Kyu dengan agresif.

Kyu melepaskan ciuman Minnie yang menatapnya kecewa. "Waeyo hm? Begitu inginkah?" godanya membuat wajah Minnie merah merona.

Minnie hanya mengangguk malu, membuat Kyu gemas dan mengangkat tubuh Minnie ala bridal menuju kamar di sebelah kamar Hyukie. Kamar Minnie.


***

Sinar matahari masuk melalui celah jendela, mengusik ketentraman yeoja yang sedang tidur nyenyak. Matanya mengerjap-erjap menyesuaikan penglihatannya dengan tempatnya berada. Dirasakannya sebuah tangan melingkar di pinggangnya membuatnya kaget dan langsung berbalik menghadap pemilik tangan itu.

"Hae?" suaranya serak, maklum baru bangun tidur terlebih semalam dia sudah menghabiskan beberapa gelas vodka.

Hae yang merasa namanya dipanggil dengan suara merdu di telinganya membuaka matanya, menatap Hyukie dengan senyuman manisnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Hyukie menyelidik.

"Menemanimu tidur." jawab Hae enteng.

Mata Hyukie menyipit, bibirnya manyun. "Aku bukan anak kecil lagi." sungutnya.

Hae terkekeh. "Tentu saja bukan, kau khan sudah jadi noonaku."

Pernyataan Hae membuat Hyukie diam, semalam dia berharap jika berita itu hanyalah mimpi buruk baginya, tapi Hae kembali mengingatkannya. Tak sadar air mata menelusuk keluar menetes di pipi Hyukie.

"Aku tak peduli jika kau noonaku, aku tetap akan mencintaimu dengan sangat. Kau belahan jiwaku, Hyukie. Salahkah jika perasaanku padamu semakin dalam?" ujar Hae, menatap mata Hyukie dalam.

Hyukie menggeleng, menangis dalam diam. "Ini salah Hae, kita saudara, sedarah dan sedaging. Mengertilah."

Hae menjadi murung, menghela nafas berat. "Appa bahkan begitu antusias jika kita menjadi sepasang kekasih, tidak peduli pandangan orang lain, tidak peduli jika anaknya sendiri yang akan menjadi menantunya. Tapi kenapa kau tidak ingin menerima itu? Kau sudah tak mencintaiku?" tangis Hae menderas, digigitnya bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan.

Belum sempat Hyukie menjawab, Hae membentaknya. "Atau kau lebih suka dengan para namja yang hampir melecehkanmu semalam hah?" membuat Hyukie terkesiap, kaget dan bingung.

"Aniyo." bantah Hyukie, lalu memelankan suaranya, "Maksudmu para namja yang hampir melecehkanku?"

"Lupakan!" kata Hae dingin, beranjak dan keluar dari kamar tanpa ingin melihat Hyukie.


Begitu pintu kamar terbuka, Hae terkagetkan oleh sosok Kyu yang menatapnya seduktif. Sungguh mengerikan!

"Kau benar tak melakukan apapun semalam?" tanya Kyu.

Hae diam, lalu mengangguk.

"Tidak inginkah kau membersihkan noda jamahan para namja yang hampir merebut kesuciannya?" tanya Kyu lagi.

Hae tampak berpikir.

"Lama! Aku dan Minnie akan keluar, kau manfaatkanlah pagi ini. Hahah." kata Kyu lalu pergi dari pandangan Hae, suara evilnya masih menggema.

"Akkhh!!" jerit Hyukie, membuat Hae cemas dan segera masuk kembali di kamar. Namun dia tidak menemukan sosok yeoja itu, dan dia berinisiatif untuk membuka pintu kamar mandi. Dilihatnya yeoja yang full naked di depan cermin, memeriksa tanda kemerahan di lehernya yang mulai membiru.

"Hyyukie, gwenchana?" tanya Hae, menghampiri Hyukie.

Hyukie berbalik dan kembali menjerit begitu menyadari Hae berada di dalam kamar mandi yang sama dengannya, parahnya Hyukie tanpa busana.

"Ini apa?" tanyanya menunjuk bekas kissmark di lehernya.

"Kau tidak mengingatnya?" tanya Hae halus.

Tubuh Hyukie menegang, dia mengingat kata-kata Hae tadi bahwa dia hampir dilecehkan. Air matanya mengalir, menangisi dirinya yang sial.

"Uljimara chagiya. Izinkan aku membersihkan semua noda jamahan para namja bejat itu nde?" pinta Hae lembut.

Hyukie kehilangan keseimbangannya, menatap Hae dengan mata yang penuh air mata. "Haruskah saudara kembarku sendiri?"

"Anggap saja aku adalah orang biasa, sepupu Kyu. Jwebal chagiya."

Hyukie akhirnya mengangguk, dan entah siapa yang memulai hingga mulut mereka kini telah bertemu dan lidah mereka beradu dengan ganasnya. Melilit dan bergulat, memproduksi air liur semakin banyak. Kepala mereka beberapa kali bergantian posisi, miring ke kanan dan ke kiri.

Suara decakan air liur mereka menggema di dalam kamar mandi, tubuh mereka tiba-tiba memanas. Tangan Hae tidak tinggal diam, diremasnya breast yang pernah dijamah oleh para namja di club malam itu. Kemarahan menguasai Hae, entah sadar atau tidak dia meremas breast Hyukie dengan sangat keras, membuat empunya menjerit kesakitan.

Ciuman Hae turun ke leher Hyukie, ditatapnya bekas kissmark yang mulai membiru lalu dijilatnya dan dihisapnya kuat. Sangat kuat membuat Hyukie mendesah dengan kepalanya yang terdongak. Meihat itu Hae semakin mencintai Hyukie, tak bosan dia mengukir tanda kepemilikannya di tubuh Hyukie yang meresponnya dengan sangat baik.

Penuh dengan kissmark dan air liur di leher Hyukie, Hae berpindah ke bahu Hyukie. Lalu ke dada Hyukie yang membusung minta dicicipi segera. Dengan senang hati Hae memasukkan breast Hyuki dalam mulutnya meski tak cukup muat menampung breast yang berukuran lumayan besar itu. Tangannya sebelah mengangkat pantat Hyukie, refleks yeoja itu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Hae. Hae menggendong tubuh Hyukie ke kamar masih dengan mengulum nipple Hyukie yang mulai menegang.

"Ahh, oohh Hae-ya ahh." desah Hyukie menikmati gerakan lidah Hae di nipplenya.

Dibaringkannya tubuh Hyukie di atas ranjang dengan perlahan. Hae menatap kagum tubuh di bawahnya. Tangannya mengelus pipi Hyukie dengan jempolnya yang langsung digulum oleh Hyukie.

"Tak inginkah kau membuka pakaianku, chagi?" tanya Hae.

Hyukie tersenyum seduktif lalu bangkit, membalik posisi hingga woman on top. Hyukie duduk di perut Hae, lalu menundukkan kepalanya, mencium Hae. Dengan bahagia Hae menerimanya, tangannya tidak menganggur meremas kedua breast Hyukie. Sambil berciuman, Hyukie juga mulai membuka kancing kemeja Hae, dengan cepat namun tidak tergesa-gesa.

Begitu terlepas, Hyukie menurunkan ciumannya di leher Hae. Melakukan apa yang sudah Hae lakukan padanya. Tangannya mengusap-usap nipple Hae, kadang memelintirnya.

"Ouh Hyukie, ahh palli." Hae yang merasa gerakan Hyukie lamban membuatnya tersiksa.

Hyukie tersenyum manis, lalu mengulum nipple coklat Hae, tangannya memelintir nipple yang satunya dengan sebelah tangannya yang mencoba membuka belt di celana Hae. Merasa sulit untuk membuka, Hyukie bangun lalu memanyunkan bibirnya sambil menunjuk belt Hae. Hae mengerti langsung bangun dan membukakannnya untuk Hyukie. Hyukie tersenyum senang begitu celana Hae telah terlepas dan hanya menyisakan boxer dan underwear di dalamnya.

"Kau sexy yeobo." bisik Hyukie seduktif, lalu mengulum telinga Hae.

"Ahh chagiyaa." desah Hae nikmat.

Hae yang merasa direndahkan oleh noonanya membalikkan posisi, menurutnya dimana-mana itu namja yang harus lebih mahir dalam bercinta.

"Noona." panggil Hae, membuat Hyukie marah. "Saranghaeyo." kata Hae sebelum membuka lebar paha Hyukie lalu menelusupkan kepalanya di dalam selangkangan Hyukie.

"Ahh ouh Hae-ya aah.. Jwebal shh geumanhae." kata Hyukie mendesah, merasakan benda tumpul menggelitik liang vaginanya.

Hae tidak memperdulikan racauan Hyukie, dia tetap asyik pada aktivitasnya, membuat Hyukie seakan terbang melayang hingga ke langit ke tujuh. Tangan Hyukie meremas rambut Hae, mendorong kepala Hae semakin masuk untuk bergerilya di selangkangannya.

"Ohh ahh,, lagiihh." pintanya. Hae ternsenyum dalam aktivitasnya, lalu memasukkan tiga jarinya di dalam liang vagina Hyukie.

"Ohh,, apa itu?" tanyanya.

"Jariku sayang." kata Hae, kembali menyusu di nipple Hyukie.

"Asshh,, lebih dalam Hae." pinta Hyukie merasakan kenikmatan dari gerakan jari-jari Hae dalam liangnya.

Hae menambah tempo kecepatannya dalam mengocok jarinya dalam vagina Hyukie, bibirnya kini berada di perut rata Hyukie, menjilatnya dengan gerakan memutar membuat vagina Hyukie berkedut kencang. Hae yang tahu bahwa Hyukie akan orgasme, semakin mempercepat gerakan jarinya. Lidahnya juga ikut menjilatai sebuah kacang dalam vagina Hyukie, membuat Hyukie menegang dan siap mengeluarkan ovumnya.

"Hae, a.daaahh sshh yang nggh mau keluar hmph." kata Hyukie susah payah, dengan desahan semakin membahana.

"Keluarkan saja chagiya." kata Hae menyiapkan mulutnya tepat di hadapan vagina Hyukie.

"Aaakkkhhhss..." lenguhan panjang Hyukie dibarengi cairan kental yang langsung masuk ke dalam mulut Hae.

Nafas Hyukie tersegal-segal, namun Hae kembali menggerakkan ketiga jarinya di liang Hyukie, membuatnya kembali mendesah.

"Nggh, Hae aahh hentikan sshh.." Hae seakan tuli, tidak mendengar kata-kata Hyukie.

"Ahh,, Hae nghh. Aku mau kkeluar lagiihh.."

"Yang banyak chagi." kaa Hae, menuntut.

"Huuaaakkhhss.." kembali Hyukie mengeluarkan cairannya.

Vagina Hyukie kini sudah sangat banjir. Hae mengeluarkan ketiga jarinya dan melihat cairan Hyukie begitu banyak melumuri jarinya tersebut. Hae bangkit dan berdiri di atas Hyukie, Hyukie bangkit dan menatapnya bingung.

"Tolonglah chagi, bukakan." suruh Hae.

Hyukie mengerti segera membuka boxer Hae, menampakkan junior Hae yang sangat tegang terbungkus satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya. Tangan Hyukie jahil memegang dan meremas benda menonjol di hadapannya.

"Ohh, andwae chagi. Bukakan juga itu." ujar Hae, Hyukie hanya menurut.

Begiu terlepas dari sangkarnya, junior Hae langsung dilumuri oleh cairan yang memenuhi ketiga jarinya. Setelah merasa setiap ujung pangkal juniornya telah diolesi oleh cairan tersebut, Hae memposisikan juniornya di depan vagina Hyukie.

"Kita mulai ke inti chagi, kau siap?" tanya Hae meminta izin.

Hyukie hanya mengangguk mantap, meremas seprai dengan mata terpejam. Hae memasukkan kepala juniornya perlahan, sambil menatap Hyukie dengan penuh cinta.

"Tataplah aku chagi." pinta Hae. Hyukie membuka mata dan menatap mata Hae yang juga menatapnya dalam.

"Saranghae ngh." kata Hae lalu melesakkan juniornya dengan sekali hentakan di sarangnya. Pas!

Hyukie meremas kuat bahu Hae, hingga kukunya menancap di kulit Hae. Air mata menetes perlahan di pipi Hyukie, rasa perih dan sebuah kehangat dirasakan di selangkangannya.

"Darah?" pekik Hae. Lalu menatap Hyukie tidak tega.

Hyukie tersenyum, "Gomawoyo Hae-ya. Bergeraklah." katanya.

"Tapi kau berdarah chagi."

"Gwenchana. Itu tandanya aku telah menjadi milikmu seutuhnya."

Hae menangis, satu hal yang masih sulit dia terima adalah mereka saudara kembar. Meski Appa mereka sudah memberi restu lewat surat itu, tapi Tuhan akan tetap marah jika mereka melakukan semua ini.

"Jujur, aku tidak ingin menyakitimu. Jika kau merasa sakit, maka sakiti pula aku nde?" kata Hae lalu mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

Junior Hae masuk-keluar dalam sarangnya, pelan namun kencang, membuat ujung juniornya menyentuh g-spot Hyukie berkali-kali. Hyukie hanya mendesah dengan menyebut nama kekasihnya.

"Hae-ya, akuuhh aahh.." ucapan Hyukie tidak jelas.

"Naddoo chagiyaa.. Together nngghh.."

"Akkkhhhhss....." lenguhan mereka bersamaan. Hae merasakan sesuatu hangat dan kental membasahi juniornya, begitu pula Hyukie yang merasa rahimnya disemprot oleh berjuta-juta tembakan cairan Hae hingga terasa di perutnya.

Hae ambruk di atas tubuh Hyukie namun tidak membebani Hyukie dengan berat tubuhnya. "Haah, sungguh luar biasa chagi." katanya sambil mengelap peluh di keringat yeoja yang di bawahnya.

Hyukie hanya tersenyum manis lalu menarik tubuh Hae jatuh di sampingnya, lalu memeluknya, menelungkupkan wajahnya di dada bidang Hae. "Aku tidak akan melupakan ini, HaeKU!" katanya dengan penekanan dia kata 'KU' di akhir kalimatnya.

Hae tersenyum lalu mengecup puncak kepala Hyukie. "Naddo, ini adalah hal terindah dalam hidupku. Saranghaeyo Hyukie-ah."

"Nado saranghae Hae-ya." balas Hyukie lalu terlelap dalam dunia mimpi di mana dia dan Hae melakukan sex yang luar biasa lagi. Ah, dasar Hyukie yadong! -____-"


Epilog

Sepasang suami istri yang kini telah dipertemukan kembali tersenyum melihat anak-anaknya yang mereka jamin akan hidup bahagia untuk hari-hari selajutnya. Meski akan sulit diterima oleh pandangan orang lain, tapi mereka bisa menjamin kebahagian untuk putra dan putrinya.

"Lihatlah perbuatanmu, anak kita jadi terlibat cinta terlarang." tegur sang yeoja.

"Chagi, tak ada cinta terlarang ataupun dilarang. Cinta itu anugrah yang tidak boleh disesali, dan itulah yang terjadi pada anak kita." bela namja itu.

"Mwo? Ini semua karena kau membuang Hae sehari setelah dia lahir. Appa macam apa dirimu hah?" marah yeoja, Aeryung.

"Chagi, jangan marah donk. Hae saja sudah memaafkanku, kenapa kau jadi galak seperti ini?"

"Sooman-sshi, bersyukurlah karena putramu itu mewarisi sifat Abeonim yang pemaaf. Kalau tidak, sengsaralah kau."

"Ahh, jadi tidak ada yang menuruni sifatku begitu?" keluh Sooman.

"Tentu saja. Jika anak kita mewarisi sifatmu, aku takut cucuku juga nanti akan ada yang dibuang." sinis Aeryung.

"Huuaahh, kenapa anak kembar kita malah mewarisi sifat kedua kakeknya yah? Aneh tidak?" tanya Sooman bingung.

"Tentu saja tidak aneh. Yang aneh jika anak kita mewarisi sifat dari orang yang bukan di keluarga kita."

"Ahh, benar juga. Aku ini bodoh yah."

"Baru sadar hm?" sinis Aeryung.

Sooman cemberut, "Bukan baru sadar sih, memang aku bodoh ketika aku membuang Hae. Maafkan aku chagi."

Aeryung tersenyum. "Hae saja sudah bosan mendengar pemintaan maafmu yang secara tidak langsung, apalagi aku yang jelas-jelas kau mengatakannya di dekat telingaku."

"Saranghaeyo chagi." kata Sooman memeluk Aeryung dari belakang.

Aeryung mengelus tangan kekar Sooman yang melingkar di perutnya. "Nado."

"Hm, tidak kah kau berminat untuk membuatkan mereka adik lagi?" tanya Sooman seduktif.

Aeryung melepas pelukan Sooman dengan kasar. "Dasar pervert. Sudah mati juga masih mau membuatkan mereka adik." pekik Aeryung meningglakan Sooman.

Sooman mengejar Aeryung. "Tapi chagi, tidak kah kau terangsang menyaksikan pergulatan si kembar itu yang sangat luar biasa hm?" godanya.

Aeryung menutup telinganya, tidak ingin mendengar suara Sooman yang mulai tidak beres.






END